Pages

Money CAN Buy Us Happiness

Jumat, 21 Oktober 2011

             Aku pernah mendengar satu bait lirik lagu Price Tag-nya Jessie J; money can’t buy us happiness. Uang tidak bisa membelikan kita kebahagiaan. Coba deh berpikir realistis. Dengan uang, kita bisa pergi keluar-masuk klub dan berdansa sampai malam disana, tapi jangan sampai mabuk, karena itu tidak baik untuk cewek-cewek cerdas seperti kita (hey, kita sudah 17 tahun! Oke, mungkin di sisi lain, aku yang 17 tahun dan aku masih cemen, belum berani bepergian ke tempat-tempat seperti itu. Dan eeeeee, bayangkan! Sepuluh hari setelah ulang tahunku, aku belum juga mempunyai KTP), dan dengan uang, kita bisa membeli baju-baju lucu yang baru, pergi ke salon, mem-facial wajahmu yang berjerawat, dan merombak seluruh penampilanmu sehingga kamu akan terlihat cantik dan….. tentu saja menggaet cowok-cowok yang kamu suka dengan gampang. Bukankah itu suatu kebahagiaan?

Dan dengan uang pula, kamu bisa membeli buku-buku pelajaran, yaaa meskipun itu akan sedikit membosankan, aku tahu. Hey! Beli buku-buku fiksi atau DVD yang memutarkan film-film drama romantis yang akan mengakibatkanmu menangis Bombay semalaman, sehingga kamu akan menghabiskan banyak waktu dengan dirimu sendiri, berdialog dengan dirimu sendiri, dan ketahuilah Apa dan Bagaimana diri kamu sesungguhnya. Bukankah dengan begitu kamu akan merasakan kebahagiaan?

          Everything needs money, but money isn’t everything. Segalanya memang butuh uang, tapi uang bukanlah segalanya. SEGALANYA adalah ketika kamu menyadari bahwa dirimu itu mengagumkan! Seberapa pun jeleknya kamu, atau seberapa anehnya kamu, kamu tetaplah kamu. Bukan Betty ‘Lafea’ Suarez yang memakai kacamata besar serta senyum yang menampilkan kawat giginya dalam serial TV Amerika. Gantilah kata Lafea (jelek) menjadi Linda (cantik) dalam buku bahasa Spanyolmu.
Ketika dirimu sedang kekurangan uang sehingga kamu berpikir bahwa hari-harimu terasa membosankan tanpa kegiatan shopping day di mal-mal atau butik ternama langgananmu, carilah alternatif lain, untuk membuat harimu terasa menyenangkan. Tentu saja dengan sesuatu yang gratisan, seperti misalnya menonton Spongebob Squarepants sendirian di kamar atau menertawakan kekonyolan dirimu sendiri.
Raditya Dika menyebut dirinya sebagai Banci Gratisan karena dia memang menyukai hal-hal yang berbau gratis. Tapi percaya deh, terkadang gratisan memang suka mengubah mood kita membaik seketika. 

          Nah, mulai sekarang, cobalah menciptakan sesuatu untuk menghasilkan uang, seperti contohnya jika kamu suka menulis, kamu bisa menuliskan sesuatu, sehingga ide-idemu bisa terealisasikan dan kamu merasa bahagia karena nantinya tulisan-tulisan kamu akan dibaca banyak orang. Dan, tentu saja royaltinya. Dengan begitu, kamu bisa mencoret apa-apa yang harus dibeli dari daftar skala prioritasmu.
Akhir dari tulisan ini,
Cintailah diri kamu dan apa-apa yang telah kamu punya, Karena kamu, definitely amazing, girls!


Kamis, 20 Oktober 2011
Di kamar kos saya yang panas karena nggak ada kipasnya

the best damn thing

Kamis, 13 Oktober 2011

Senin, 10 Oktober

Hari ini saya di-bully sama temen-temen Kensasi. sumpah, kalian telah mendzhalimi saya. awas kau! hahhaaha
dari mulai diseret-seret keluar kelas yang menyebabkan saya sampe sekarat berkepanjangan (baca: koma), disiram pake pasir + semen (sumpah, kalo ditambahin batu bata, mungkin bisa buat ngebangun gedung Istana Merdeka yang baru).
sampe pulang pun nggak ada yang nganterin. kebayang kan, nggak elit-nya saya kalo sampe pulang dari sekolah ke kosan jalan kaki dengan penampilan kayak gembel. pilihan terakhir jatoh sama Mamang tukang becak yang mangkal depan sekolah yang bersedia nganterin saya pulang. tentu saja dengan jaminan uang 2rb Rupiah.

the best damn thing ever lah! hahahaha

puisi-puisi Soe Hok Gie

Senin, 10 Oktober 2011

Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”



*

ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
(CSD, Selasa, 11 November 1969)

*
Mandalawangi – Pangrango
Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah
dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup
Jakarta 19-7-1966

*



Pesan
Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?




 
FREE BLOG TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS